Tak ada manusia yang luput dari cobaan hidup. Tak ada keberhasilan yang tak melewati ujian dan rintangan. Semakin bertambah usia seseorang, semakin kencang pula angin kehidupan berhembus untuk menguji ketegaran dan keimanannya. Saat jabatan diamanatkan di pundak seseorang, saat itu pula cobaan dan godaan datang menghadang silih berganti, untuk menguji apakah ia betul-betul layak mengemban amanat jabatan tersebut.
Harta, tahta, dan wanita adalah tiga hal yang sering jadi ujian yang berat dalam hidup. Jabatan adalah juga kursi panas yang siap membakar orang yang duduk di atasnya. Penguasa bisa terguling karena godaan harta yang membuatnya berkorupsi ria.
Hidup dan mati memang diciptakan Sang Pemilik semesta sebagai wahana ujian untuk memilih siapa makhluk-Nya yang terbaik. Mengapa harus repot-repot menjadi orang yang terbaik? Karena hal itulah tujuan hidup manusia. Jika manusia tak memiliki tujuan hidup yang jelas dan luhur, selamanya ia akan didera kebingungan dan kegelisahan, tak ubahnya seperti orang tersesat di tengah hutan dan tidak tahu ke mana jalan pulang. Jika manusia tidak lagi memikirkan tujuan hidupnya, berarti ia merendahkan dirinya menjadi seperti benda, hewan, atau tumbuhan.
Makna terbaik bukan hanya dalam aspek jabatan, harta, ilmu, atau rupa fisik. Lebih dari itu, terbaik juga berarti tindakan yang bermanfaat seluas-luasnya bagi banyak orang. Terbaik juga berarti seberapa jauh kita mampu meneladani sifat Sang Pencipta Yang Maha Sempurna. Pada gilirannya, memperoleh predikat terbaik berarti memperoleh hadiah kebahagiaan di dunia dan akhirat yang diberikan oleh Sang Pemilik semesta.
Ujian hidup bukanlah bentuk kekejaman dari Sang Pencipta. Sebagaimana ujian sekolah bukanlah bentuk hukuman sewenang-wenang dari sang guru untuk murid-muridnya. Diadakan ujian, karena memang sebelumnya sudah ada pelajaran yang telah diberikan oleh sang guru. Begitu pula ujian hidup. Sang Pemilik hidup sudah membekali manusia dengan akal, hati nurani, kitab suci, dan wejangan para Nabi-Nya. Jika bekal itu sudah diberikan, maka pada saatnya ujian itu akan datang.
Setiap ujian tentu tidak mudah. Kalau semua ujian pasti bisa dijawab, tak perlu ada ujian. Jika tak ada ujian, nyaris tak ada bedanya orang yang tekun belajar dengan orang yang pemalas. Andai tak ada ujian, tak diketahui siapa yang terbaik. Jika tak diketahui siapa yang terbaik, tak akan ada bedanya antara koruptor dengan maling ayam; tak akan ada bedanya antara orang yang taat dengan orang yang khianat.
Pengkhianatan, penyelewengan, atau perselingkuhan memang sering tampak indah dan menyenangkan di awalnya. Namun saat dijalani, perbuatan itu justru merupakan jebakan malapetaka yang berbahaya. Saat seorang pejabat melakukan penyelewengan, dan ia mencicipi harta kekayaan dari hasil korupsi, mungkin yang terlintas di hatinya adalah betapa enaknya banyak duit. Padahal jika direnungkan lebih dalam, harta hasil korupsi tidaklah membuatnya bahagia, namun justru membuatnya gelisah. Sang koruptor terus-terusan dihantui oleh ancaman aparat hukum dan dosa.
Begitu pula saat seorang lelaki memiliki wanita idaman lain (WIL), yang terbayang mungkin betapa indahnya berselingkuh ria. Sang WIL terlihat begitu cantik dan menggoda di matanya. Padahal saat direnungkan lebih dalam, istri di rumah yang selama ini mendampingi dalam suka maupun duka, justru mungkin jauh lebih baik daripada WIL. Acap kali wanita penggoda nan genit yang menjadi WIL itu justru hanya ingin mengeruk harta sang lelaki. Mereka biasanya merendahkan arti kesetiaan. Saat sang lelaki tak lagi berharta, sang WIL pun dengan mudahnya berpindah ke lelaki lain.
Itulah jebakan dan ujian hidup. Ada keindahan dan kenikmatan semu yang ditawarkan. Namun saat pengkhianatan itu dijalani sekian lama, akhirnya semakin terlihat betapa banyak resiko yang harus dipertaruhkan. Harga diri, keimanan, jabatan, karier, keharmonisan keluarga, dan lain-lain, akan hancur lebur saat penyelewengan itu terbongkar.
Di sisi lain, memang tak ada manusia yang sempurna. Setiap orang bisa saja tergelincir dalam sebuah kesalahan. Setiap orang bisa saja menjadi tertutup mata hatinya sehingga sebuah keburukan seolah terlihat sebagai kebaikan. Namun, orang yang arif akan segera menyadari kesalahannya, sehingga bisa kembali ke jalan yang semestinya ia tapaki. Bukankah Sang Pemilik semesta juga Maha Pemaaf bagi para hamba-Nya yang berkubang dosa?
benar, refleksi yang dalam, namun kadang manusia itu ya ngeyel, biar katanya kreatif 😀
Bukankah semakin tinggi pohon, terjangan angin juga makin kuat?
Demikian juga jabatan, makin tinggi, banyak yang pro dan kontra, yang akan selalu mencoba-coba, baik dari sisi positif maupun negatif.
Hendaknya kita memang memperlakukan bahwa bekerja itu ibadah, dan jabatan itu amanah, artinya harus kita ambil dengan penuh tanggung jawab untuk kebaikan masyarakat.
banyak ujian bisa di lewati oleh manusia namun kekayaan/kelapangan dan jabatan ternyata sulit di lewati. dan kata yang tepat adalah . menjadikan sikap mawas diri dan istiqomah terhadap kebaikan
Emang bang…tak ada manusia yang sempurna. Jadi banyak yang “tergelincir”. Tapi ada pula yang emang sengaja “menggelincirkan” diri….
Smoga kita terhindar dari sifat itu
Mantap bang…
menurut penilitian (di China siih…) hampir 100% pejabat yang terbukti melakukan korupsi juga melakukan selingkuh. bagaimana dengan indonesia? naah… belum ada penelitian sepertinya.
korelasi antar keduanya memang korelasi yang mantap, hanya saja memang keliru dan menjerumuskan.
Dunia ini cantik… tapi cuma sebagai ujian bagi orang beriman.. 🙂
Pa kabar Pak? Dah lama ngga maen ke sini…
Kalau menurut saya Pak, para pejabat yang melakukan korupsi itu karena berpikirnya bukan untuk kemashlahatan umat. Mereka hanya mencari keuntungan pribadi dari jabatannya itu… jadinya mau lagi dan lagi dan lagi… Sampai akhirnya suatu saat langkahnya tergelincir dan baru sadar bahwa ia udah melenceng jauh dari koridor yang seharusnya..
ujian keterbatasan dan kemiskinan kadang bisa di lewati dengan ketabahan, tapi ujian jabatan dan kekayaan kadang membuat manusia tidak kuasa
Ujian diturunkan untuk menunjukkan kualitas manusia. Pada dasarnya manusia itu mulia maka tidak sepatutunya manusia gagal dalam ujian yang diberikan. Hanya mereka-mereka yang lalai dalam ujian, terjerumus dan tersesat dalam kesenangan semu.
konon, ujian hidup memang banyak ragamnya, mas rache. kekayaan pun bisa menjadi ujian. jika tak memiliki kearifan dalam memanfaatkannya, kekayaan malah bisa menjadi sumber malapetaka. harta, tahta, dan wanita, memang tiga ranah ujian yang sangat rentan menggoda manusia.
16 Ramadhan kemarin ibu saya meninggal di rumah sakit akibat komplikasi diabetes dan terdapat beberapa pelajaran yang saya petik dari kematiannya.
Sudah beberapa tahun ini ibu menderita diabetes. Berbagai macam pengobatan pun sudah dilakukan, namun Allah Swt. memiliki rencana lain. Sekitar satu setengah bulan yang lalu, sebulan sebelum puasa, ibu mulai rutin berobat di Pandeglang dan karena jarak yang jauh antara rumah saya di tangerang ke pandeglang maka untuk sementara ibu tinggal di rmh nenek di perbatasan tangerang-serang.
Sejak itu ibu tinggal di sana dan kami di rmh hanya menjenguknya rutin per minggu. Rupanya saat itulah Allah sedang mengajarkan kami yang akan ditinggalkan untuk ‘belajar’ hidup mandiri di rmh tanpa ada kehadiran sosok ibu. Sampai awal bulan puasa pun kami masak sendiri dan mulai terasa kerinduan akan sosok ibu yang pada tahun-tahun sebelumnya selalu menyiapkan makanan untuk berbuka dan sahur.
Allah Swt. memang Maha Mengatur, Dia telah atur dan siapkan sebuah kondisi mini dimana kami yang akan ditinggalkan nantiya harus siap. Dan itu terbukti pada 16 Ramadhan kemarin, ibu meninggal di rmh sakit setelah seminggu dirawat di sana. Komplit selama satu setengah bulan kami telah dipersiapkan untuk hidup mandiri sementara tanpa sosok ibu, dan pembelajaran untuk mandiri itu merupakan pembelajaran seterusnya karena beliau telah dipanggil oleh Allah Swt.
Itulah salah satu hikmah yang Allah tunjukkan secara langsung kepada kami untuk bersiap-siap menyongsong hidup karena Allah bisa kapan saja memanggil orang yang kita sayangi.
itu semua karena kita seringkali lupa bhw sesungguhnya kita tak punya apa-apa….
kalau saja kita tahu sejatinya diri…
kita akan merasa malu atas apa yang kita lakukan…
Sebenarnya bentuk ujian tidaklah selalu berupa kesulitan, kesempitan, dan kekurangan. Kemudahan, kelimpahan, kejayaan, itu juga merupakan ujian.
Pada saat susah, orang mudah bersandar kepada Tuhan, tapi pada saat senang, orang kadang lupa bahwa kesenangan itu datang dari Tuhan. Maka, ujian yang berupa kesenangan itu ada kalanya lebih sulit diatasi (dalam mempertahankan iman) daripada ujian berupa kesusahan.
Manusia gudang dari segala dosa, sekalipun sudah diingatkan tapi akan percuma jika qalbunya sudah tertutup oleh ketamakan dan keserakahan.
Jangan Menyerah………. 😛
“ayyukum ahsanu ‘amala”
siapa diantara kamu yg paling baik amalnya ?
jadi silahkan pilih jalan fujur atau taqwa.
semoga kita termasuk orang yg terpilih, dan berusaha menjadi yg terpilih.
kadang orang mengidentikan hanya saat susahlah merupakan cobaan hidup .. padahal kesenangan dan kejayaan pun merupakan cobaan hidup ..
semoga kita semua termasuk yang bisa lulus ujian .. amin ..
Iklan Gratis
dan orang tidak beriman pasti akan kebingungan dan putus asa ketika menghadapi cobaan..
mari kita mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
Jalan lurus memang lebih menentramkan ya mas
indahnya ujian ketika kita tahu bahwa ALLAH bersama orang orang yang sabar … ridho atas ujian adalah jembatan menuju cinta ALLAH.
Ayo, belajar dari ujian demi ujian, pindah dari satu hikmah ke hikmah lainnya 🙂
berkunjung
HADIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIRRRRRRRRR
MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS NAMA PERSAHABATAN DAN PERSAUDARAAN
SEMOGA DENGAN BERJALANNYA WAKTU SEMAKIN MEMPERSATUKAN KITA SEMUA.. TIDAK MELIHAT SIAPA KAMU.. APA AGAMAMU.. APA MAZHABMU.. TETAPI DENGAN MENYADARI KITA BERASAL DARI YANG SATU..
SALAM SAYANG SELALU
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang
‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllllllllllllll
semakin kuat seseorang, semakin kuat pula cobaan yang di berikan, hanya orang orang yang bersyukurlah yang mampu menghadapi dengan bijak
Semakin di uji akan semakin kuat, Amin 🙂
kita kadang bingung menggolongkan keadaan kita saat ini dalam kategori yang mana, ujian, cobaan, teguran, atau peringatan,,,??
hati kita pun kadang kehilangan suaranya jika dihadapkan pada kebingungan itu
kesulitan hidup, kemalasan diri. juga termasuk ujiankan pak?
maaf pak apakah begitu sibuk sampe belom di update
Pak, tulisan ini bagus banget!
Tidak berat sebelah juga tidak terlalu hitam maupun putih.
Kata Shakespeare to err is human. Salah itu manusiawi, ada ruang untuk berbuat salah namun ada waktunya untuk kembali ke track yang benar secepatnya.
Namun, penyelewengan atau perselingkuhan itu meninggalkan luka yg sangat dalam bagi pasangan, kita manusia tdk boleh saling melukai bukan. Makanya sebisa mungkin, mempertebal fondasi rumahtangga dengan iman dan cinta kasih semoga dpt menghindarkan hidup pernikahan itu dari ketidaksetiaan.
salam, EKA
…
cobaan hidup itu hanyalah sebuah permainan untuk jiwa yang sedang tumbuh dewasa. tak perlu unutk menghindarinya, karena dari cobaan itulah manusia jadi lebih kuat