H |
idup sering dihadapkan dengan berbagai pilihan yang sulit. Kesulitan itu timbul karena sering pula faktor egoisme dan hawa nafsu yang lebih dominan. Faktor itulah yang menutupi pikiran jernih untuk mengambil keputusan yang tepat.
Saat ini pun saya dihadapkan berbagai pilihan yang berat. Meski demikian, saya tetap harus mengambil salah satu pilihan itu. Dan pilihan yang saya ambil adalah bahwa saya harus pamit dari dunia blogging yang selama digeluti. Memang belum lama saya berkecimpung di dalamnya. Tapi, hal itu sudah cukup membuat saya kelimpungan mengatur waktu.
Pada September 2008, saya memulai aktivitas blogging di Blogspot. Meski tak banyak menyita waktu, perhatian saya mulai terpecah. Nyaris tak ada yang berkunjung dan memberikan komentar di blog itu. Saya pun tak perlu repot-repot membalas komentar karena memang tak ada yang sudi meninggalkan jejak di sana.
Menyadari blog itu sepi pengunjung, saya pun pindah rumah ke WordPress sejak Januari 2009. Tak dinyana, di rumah baru ini, pengunjung mulai berdatangan. Statistik blog lambat laun meningkat. Komentar pun mulai bermunculan untuk menanggapi tulisan saya.
Saat itulah hingga kini, saya mulai merasakan nikmatnya blogging. Aktivitas baru ini betul-betul menjadi rutinitas baru. Apalagi setelah saya memutuskan berlangganan internet sehingga saya bisa mengakses dunia maya secara unlimited. Kapan dan dimanapun, saya juga bisa mengakses blog setelah sebuah PDA jadul setia menemaniku.
Kesenangan blogging memang membiuskan. Apalagi saya banyak memperoleh sahabat sesama blogger. Saya bisa saling berbagi dalam blogku. Banyak pengetahuan dan hikmah dari blog teman-teman. Dari sinilah, dunia blog betul-betul membuat seolah basah kuyup di dalamnya. Hingga saya pun nyaris seolah sesak nafas lantas mulai letih.
Pada saat basah kuyup itu, saya jadi tersadar saya seolah jadi orang paling bodoh di dunia. Banyak kewajiban-kewajiban yang jadi terbengkalai. Tugas akhir menyusun tesis di kuliah jadi nyaris tak tersentuh selama satu semester ini. Order terjemahan tak jua selesai padahal saya selalu diingatkan pihak penerbit untuk segera menyelesaikannya. Saya sering menghabiskan waktu hingga larut malam. Bangun pagi menjadi sesuatu yang mewah bagi saya. Sungguh memalukan!
Saya sadar, saya bukan manusia perkasa yang mampu berakrobat bersama waktu dengan cantik. Saya sesadar-sadarnya, saya belum mampu mengikuti jejak teman-teman blogger yang dengan canggih bisa berbagi waktu dengan aktivitas rutin yang lain. Ya, saya memang tak bisa terus-terusan mendua. Saya bukan sosok yang adil dan bijak dalam berbagi waktu.
Dulu, ketika blog saya di Blogspot masih sepi, saya pun berharap agar blog itu ramai dikunjungi orang. Namun ketika keinginan itu tercapai, justru saya jadi kerepotan. Banyak hal yang menjadi korban. Saya jadi semakin sadar, tak semua keinginan memang baik untuk kita jika keinginan itu terwujud. Karena itu, sebelum memiliki keinginan dan harapan, kita perlu merenungkan kembali: apakah keinginan betul-betul baik untuk kita.
Saya sebenarnya sudah menyiapkan ‘upacara’ pamit ini dengan tiga tulisan sebelumnya. Sengaja tulisan-tulisan itu saya buat seolah tidak berkaitan dengan aktivitas blogging. Pada tulisan Obrolan Iseng di Suatu Siang, saya sebenarnya memperlihatkan betapa sulitnya berpoligami. Dalam hal ini, saat nge-blog saya sedang berpoligami dengan kewajiban-kewajibanku yang lain.
Dalam Kesenangan dan Keharusan, saya memperlihatkan betapa kesenangan seringkali mengorbankan kewajiban. Paling tidak, itu telah terjadi dalam diri saya. Dalam konteks ini, kesenangan untuk blogging telah menyisihkan kewajiban-kewajiban yang mestinya lebih diprioritaskan.
Pada tulisan Maaf, Aku Tak Mampu Mendua, saya sudah harus memutuskan untuk mengakhiri sikap mendua ini. Blogging memang indah dan menghanyutkan laksana seorang isri muda cantik dan centil. Tapi, betapapun, saya harus memilih salah satu, antara ‘istri tua’ dan ‘istri muda’. Dan yang saya pilih adalah ‘istri tua’!
Untuk itu, saya mohon maaf atas segala kesalahan saya selama ini saat menjalin persahabatan di dunia blogging. Sungguh indah persahabatan ini. Tak terkira beratnya untuk meninggalkan teman-teman. Tapi inilah realitas pahit yang harus saya jalani. Saya perlu rehat atau hiatus. Namun bukan berarti, saya harus membunuh blog ini. Saya mungkin tak bisa intens lagi nge-blog. Kalaupun saya harus menulis postingan, mungkin satu atau dua tulisan dalam sebulan. Saya juga harus menahan diri dari blogwalking. Jika saya kembali memulainya, pasti saya akan ketagihan dan membuat kocar-kacir kembali agenda saya.
Kepada semua teman blogger dan sidang pembaca, dengan kerendahan hati, saya pamit. Semoga perpisahan ini untuk sementara. Jika kelak tugas saya selesai, insya Allah saya akan kembali. Saya tidak bermaksud mematikan semangat blogging teman-teman. Silakan teman-teman terus menulis dan saling berbagi di blog. Sementara biarlah saya menulis di tempat lain, karena saya menyadari sepenuhnya, saya bukan orang yang mampu ‘berpoligami’ dengan baik.
Semoga Tuhan senantiasa memberkati Anda. Jika Anda tak percaya Tuhan, itu hak Anda. Paling tidak, saya berharap semoga Anda berbahagia dan kelak menemukan kebenaran hakiki.
Selamat berpisah. Sampai jumpa kembali di lain waktu.
THX
walau mungkin merasa kehilangan, tapi ya apa boleh buat. itu pilihan hidup ya pak…. semoga pamitnya gak lama atau selamanya.
ahh, sampeyan kenapa harus mundur juga. saya akan tetap menantikan postingan terbarunya.
Pak, moga memang benar2 gak lama
Dinanti tuk kembali 🙂
Memang harus disiplin dengan waktu begitu kita menjejakkan kaki di dunia blog. Karena sebetulnya yang membuat target kan kita juga. Tahun lalu target saya 1 hari 1 posting, dan ternyata mulai tahun ajaran baru April 2009, saya tidak bisa lagi melaksanakan target tahun lalu itu. Ya, saya harus memodifikasi target saya.
Semoga dengan keputusan hiatus, bisa menyelesaikan urusan dengan istri tua sebaik-baiknya. Dan kalau sudah selesai bisa kembali lagi bermanja-manja dengan istri muda (bahkan mungkin nambah banyak istri mudanya ehehhe)
EM
Saya yakin dalam waktu cepat pasti kembali ketika menulis menjadi jiwa maka ia akan terus berkelana 🙂
Ini bukan perpisahan, tapi awal perjumpaan
selamat menyelesaikan tugas pak, tapi sesekali ngintip ya pak. hehehhehhe.
salam,
Tabik
tidaaaakkk!!! hiks…
jujur saya sedih banget membaca tulisan ini. mas ochid telah menjadi salah satu sahabat terbaik saya di dunia maya. tulisan-tulisannya bernas, komentar-komentarnya selalu saya nantikan.
kenapa saya sudah merasakan naga-naga begini sejak tulisan yang disebutkan mas ochid, ya? persis plek ketiplek! mungkin inilah yang disebut dengan ukhuwah tingkat tinggi. *halah* saya sudah takut bakal membaca tulisan pamit ini suatu saat. tapi saya hanya bisa mendukung, semoga itu yang terbaik buat mas ochid. manajemen waktu memang kuncinya.
satu hikmah lagi: be careful what you wish for. 😀
semoga segera bertemu lagi, sahabat! blogging will not be the same without you.
mas ochid, kalau boleh saran, secara saya pernah kesulitan juga dalam memenej aktivitas ngeblog, jangan memusuhi keinginan itu. diatur saja ritmenya, nanti bakal patuh sendiri. kenapa? sebab semakin ditekan, keinginan itu akan semakin berontak untuk diakomodasi. apa pun yang berlebihan memang tidak baik. *sok bijaksana*
first thing’s first, mas. wish you all the best!
Semoga Om berhasil deh.., jangan lupa belajarnya ya Om..
Numpang Promo:
Kunjungi blog baru saya di http://asepsunara.wordpress.com
aw. aw.. aw… aw….
jangan lama-lama.
nanti lama-lama.
???
whaduuuh…
santai mas, santai… nanti juga jalan sendiri.
sip, selamat menikmati ‘liburan’ nge-blog atau menikmati ritme nge-blog yang baru… 🙂
Nge-blog memang bukan prioritas utama dalam hidup ini, untuk itu tetap prioritaskan hal-hal lain yang lebih utama, seperti keluarga, pekerjaan ataupun kuliah.
Tapi jangan sampai sama sekali menghentikan aktivitas nge-blog, karena dari sanalah kita dapat mempelajari banyak hal.
Aturlah waktu yang tepat agar semua prioritas-prioritas kita dapat terlaksana dengan baik.
Banyak sekali blogger yang mundur / hiatus bulan ini.
Dan semuanya adalah yang terbaik.
Hufff ….
Sebelum 10 langkah beranjak, Bang Ochid .. ingatlah untuk menengok sebentar ke belakang. Dengan begitu kami tahu bahwa kau akan kembali
😀
Waduh kang, padahal aku banyak belajar dari sampeyan untuk memaknai hidup ini
sungguh sedih… saya akan sangat kehilangan salah satu sumber inspirasi…
Jujur saja aku merasa terhenyak dan juga mendura ketika mengetahui keputusan ini. Aku selalu kerasan di sini. Postingan-postingannya tidak mentah, bahkan penuh kekuatan untuk mengabarkan kebenaran. Akankah hal seperti itu ditikam pelan-pelan oleh si pengusungnya sendiri?
Tapi di luar itu, tulisan ini humble sekali. Mungkin memang ada baiknya untuk ambil istirahat sejenak. Tapi tidak lantas hilang sama sekali. Aku akan berdiri di barisan paling depan bagi orang yang menyayangkan hal tersebut jika itu sampai terjadi.
Jangan terlalu lama, Mas. Semoga kewajiban utamanya bisa sama-sama lancar. Jaga kesehatan selalu.
Salam,
D.M.
tak mampu mendua dan menyakiti, ini pelajaran tersulit bagi orang yg berpoligami pertama kali. setelah dapat menikmati “ritme”nya biasanya kemudian ingin lagi. tapi entahlah, setiap orang punya keterbatasan, hanya saja keinginan seringkali membawa kita tetap “optimistis”.
bagaimanapun dalam kita harus memilih…. tidak seperti di pemilu…kita bisa GOLPUT. Yang pasti saya benar-benar kehilangan “seorang sahabat baru” di dunia maya.
Kita tetap menunggu kehadiran bapak…