Saat Jilbab hanya Akting

Bagi sebagian orang, jilbab adalah simbol kehormatan dan kesucian. Ia menjadi simbol ketundukan seorang hamba kepada Sang Pencipta yang memerintahkannya untuk berjilbab. Jilbab menjadi perisai dirinya dari godaan untuk berbuat sesuatu yang bisa mencederai kehormatan dan kesuciannya. Karena itulah, jilbab tak hanya sekedar busana penutup bagian badan yang tak boleh diekspos untuk publik.

Namun bagi sebagian orang, jilbab tak lebih dari sekedar akting. Saat sinetron dan film sedang naik daun dengan tema keagamaan, para produser paling sekuler sekalipun ikut latah memproduksi sinetron atau film yang menampilkan perempuan-perempuan berjilbab. Perempuan-perempuan itu merupakan artis yang sedang berakting dengan jilbab. Di luar sinetron dan film, mereka tak lebih dari sekedar artis yang dengan entengnya berpenampilan seksi yang mengumbar aurat.

Bacaan Lainnya

Sinetron dan film adalah media yang menampilkan dunia rekaan dengan sedemikian rupa sehingga karya rekaan itu seolah-olah nyata. Semakin bagus karya film atau sinetron, semakin mampu ia memaksa para penonton untuk menganggapnya sebagai dunia nyata. Karena itulah, banyak para penonton yang kemudian menganggap apa yang dilakukan para artis berjilbab itu merupakan manifestasi dari realitas hidupnya sendiri.

Para penonton yang terbius dengan akting para artis itu kelak hanya akan kecewa. Idolanya itu ternyata hanya sekedar menipu mereka. Bagi para artis itu, jilbab tak lebih dari sekedar tuntutan skenario. Salah satu sinetron yang kini tayang di SCTV, Istiqomah, bisa dijadikan contoh. Pemeran tokoh Istiqomah yang sopan berjilbab itu adalah artis pendatang baru bernama Rina Diana. Ternyata oh ternyata. Rina juga tampil seksi dengan busana minim di kesempatan lain. Sungguh hal itu tidak sejalan dengan nama istiqomah yang ia perankan. Dalam bahasa Arab, istiqomah bisa berarti konsisten.

Memang tak semua artis berjilbab hanya mengenakan jilbabnya saat di sinetron atau film. Ada juga yang betul-betul berjilbab dalam kesehariannya, seperti Okky Setiana Dewi dan Zaskia Mecca. Namun mungkin bagi para produser, artis yang betul-betul berjilbab itu tak masuk dalam hitungan mereka. Yang lebih murah dan menguntungkan, adalah mencari artis lain yang terkenal atau pendatang baru lantas disuruh mengenakan jilbab.

Para produser, sutradara, dan artis tersebut sebenarnya sedang melecehkan nilai-nilai mulia yang terkandung dalam jilbab. Mereka mengacak-acak nilai jilbab sehingga tak lebih dari sekedar fashion yang sedang memiliki nilai jual tinggi dalam dunia sinetron dan film. Yah, dunia memang panggung sandiwara. Begitu kata Nicky Astria dalam lagunya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

19 Komentar

  1. Sinetron-sinetron Islami yang sekarang marak di TV TV memang kadang jadi dilema, disatu sisi ada nilai positifnya ditengah gempuran sinetron yang mengedepankan kehidupan hedonis, tapi disi lain memang kadang kehidupan pemainnya bertolak belakang dengan apa yang dia perankan disinetron, mudah mudahan penonton bisa bijak menyikapinya, dan para pemainnya diberikan hidayah oleh Allah SWT…

  2. Melalui sinetron, realitas kehidupan banyak yang dikerdilkan, termasuk juga keberagamaan. Entahlah, apa yang ada di benak mereka. Sepertinya, materi benar-benar sudah mempengaruhi dan membuat mereka tutup mata akan dampak dari sinetron yang mereka buat tersebut

  3. namanya saja sudah film, tv dan sejenisnya adalah bid’ah, dulu agama adalah tuntunan namun ketika orang meninggalkan dakwah maka agama pun jadi tontonan, salah siapa ? salah saya,salah anda dan salah orang2 yang belum mau korbankan masa, harta dan diri untuk agama