Bagai petir di siang bolong, berita itu mengagetkan seluruh rakyat Indonesia. Antasari Azhar, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan! Seperti dikutip Surya Online, penetapan tersangka itu disampaikan Jumat (1/5) oleh Jasman Panjaitan, Kapuspen Kejaksaan Agung. Antasari dianggap sebagai aktor intelektual (intellectual dader) dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, direktur Putra Rajawali Banjaran (PRB), sebuah BUMN yang bergerak di bidang retail.
Berita itu tentu tidak akan menyita perhatian publik jika yang terbunuh rakyat biasa atau pihak terlibat pembunuhan hanyalah orang biasa. Tapi yang dituduh adalah ketua KPK, lembaga yang selama ini dikenal sukses menyeret banyak petinggi negara ke hotel prodeo. Berikut beberapa kasus yang mengisi daftar rekam jejak kelam Antasari Azhar saat masih aktif di institusi kejaksaan hingga menjabat Ketua KPK.
Kasus Tommy Soeharo
Selama menjalani karier di institusi kejaksaan, sebelum menjadi Ketua KPK, rekam jejak Antasari Azhar tidaklah mulus. Salah satu yang paling menyita perhatian publik adalah saat ia menjadi Ketua Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Ia dituding bertanggung jawab atas kaburnya Tommy Soeharto, putera mantan Presiden Soeharto, pada Jumat (3/11/2000) dalam kasus tukar guling (ruilslag) PT Goro Batara Sakti dan Bulog.
Saat itu, permohonan grasi Tommy Soeharto ditolak oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Dengan demikian, Tommy pun harus menjalani hukuman 18 bulan penjara sebagaimana putusan MA. Namun meski telah berkekuatan hukum tetap, vonis itu tak jua dieksekusi oleh Kejaksaan Negeri Selatan yang dipimpin Antasari Azhar. Ia mengulur-ulur waktu penangkapan hingga akhirnya, Tommy pun kabur. Rencana penangkapan yang lebih mirip dagelan itu tentu saja membuat Tommy Soeharto, yang notabene memang seorang pembalap, dengan cepat menghilang dari rumahnya di Cendana.
Hanya karena alasan petikan penolakan grasi dari Presiden Abdurrahman Wahid belum diterima, Antasari tak juga berinisiatif untuk langsung menangkap. Sungguh aneh, hanya karena persoalan lebih bersifat administratif, seorang terpidana menjadi buron di depan “hidung” Antasari.
Kasus Bupati Konawe
Kasus lain yang juga menyeret nama Antasari Azhar adalah saat terjadi kasus korupsi yang melibatkan Lukman Abunawas, Bupati Konawe, Sulawesi Tenggara. Lukman Abunawas saat itu sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara. Sebagai orang yang malang melintang di institusi kejaksaan dan saat itu menjabat Kejati Sulawesi Tenggara (2003-2004), tak aneh jika Antasari akhirnya dimintai bantuan oleh sang bupati. Apalagi Lukman memang bupati yang diusung oleh PDIP. Para petinggi partai, seperti Taufik Kiemas, memang dekat dengan Antasari. Apalagi mereka berdua memang sama-sama mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Saat masih dalam proses pengadilan dan belum belum jatuh vonis dari hakim, Antasari dituding menerima suap sebesar 3 miliar rupiah yang diserahkan di Bangka, tempat kelahiran alumnus Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya itu. Tak berselang lama usai penyerahan uang, kasus korupsi itu pun menguap. Sang bupati akhirnya dibebaskan majelis hakim.
Kasus Bupati Muna
Masih selama Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara, saat Bupati Muna, Ridwan BAE, tersangkut kasus korupsi, Antasari juga disinyalir tidak serius menangani kasus tersebut. Sang bupati justru melenggang kangkung tak tersentuh jerat hukum. Hanya beberapa bawahan Ridwan yang jadi tumbal dan diproses hukum.
Kasus itu sendiri terkait tentang pelelangan kayu secara ilegal hingga menyebabkan kerugian negara miliaran rupiah. Sang bupati terlibat karena ia dituding mengeluarkan “surat sakti” untuk pelaksanaan pelelangan kayu tersebut. Meski berulang kali Walhi dan ICW mendesak untuk mengusut tuntas tersebut dan menyeret sang bupati ke meja hijau.
Kasus Hoezrin Hood
Jejak kelam Antasari juga terendus saat ia menjadi Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Riau (2001). Meski hanya beberapa bulan di Riau, Antasari terkesan lamban dalam menangani kasus korupsi mantan Bupati Kepulaan Riau Hoezrin Hood. Seperti yang diberitakan banyak media, Hoezrin Hood beberapa kali mangkir dari panggilan kejaksaan. Hood sendiri menjadi terdakwa kasus korupsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebesar Rp 3,9 miliar.
Hoezrin yang sempat berniat mencalonkan diri sebagai Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), akhirnya masuk penjara juga beberapa tahun usai Antasari meninggalkan provinsi baru itu. Ia ditempatkan satu sel dengan Rahardi Ramelan, terpidana kasus Bulog, di LP Cipinang.
Kasus Korupsi Anggota DPRD Sumbar
Pada tahun 2005, saat menjabat Ketua Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat, Antasari juga dituding Forum Peduli Sumatra Barat (FDSB) lamban dalam mengeksekusi para anggota DPRD yang terlibat dalam kasus korupsi penyalahgunaan APBD. Padahal, vonis terhadap mereka sudah dijatuhkan oleh Mahkamah Agung. Para anggota DPRD Sumbar itu tersandung kasus korupsi APBD sejumlah miliaran rupiah. Sikap Antasari tersebut akhirnya berbuah ia dicopot oleh Jaksa Agung saat itu, Abdurrahman Saleh, dan ditarik ke Jakarta.
Kasus Pemilihan Ketua KPK
Saat pemilihan komisioner KPK, Antasari memperoleh 37 suara, tertinggal dari Chandra M. Hamzah yang memperoleh 44 suara. Hamzah. Namun kemudian, pada pemilihan ketua, Antasari berhasil mengalahkan Candra dengan perolehan suara yang tak seimbang. Antasari meraup 41 suara, sedangkan Candra hanya meraih 9 suara. Saat proses pemilihan itulah, banyak muncul rumor tidak sedap menerpa Antasari. Sebagian wartawan menerima amplop bernilai sekian dollar untuk membangun citra positif Antasari.
Terpilihnya Antasari sendiri menimbulkan banyak reaksi kalangan anti korupsi. Saldi Isra menyebut sebagai semangat koruptor masuk di tubuh KPK. Denny Indrajaya, dosen UGM, yang kini jadi staf hukum keprisidenan, menyebut sebagai awal kemunduran KPK. Adnan Buyung menyatakan akan mengusulkan KPK dibubarkan saja jika tak bisa menunjukkan kinerja selama enam bulan.
Aroma tidak netralnya panitia seleksi pimpinan KPK juga dilontarkan Adnan Buyung. Menurutnya, panitia seleksi saat itu bisa diintervensi, tidak seperti panitia seleksi pada pertama kali saat awal KPK berdiri. Pansel untuk pimpinan KPK periode pertama betul-betul netral dan tidak bisa didekati pihak luar.
Kasus Agus Condro
Saat menjabat Ketua KPK, Antasari juga terkesan mengulur-ulur penyelidikan atas kasus suap yang melibatkan Agus Condro. Padahal Agus sudah menyerahkan segepok bukti ke KPK untuk kasus suap pada saat pemilihan Gubernur Bank Indonesia. Saat itu, Komisi III yang membidani proses pemilihan tersebut. Ketua Komisi III, Trimedya Panjaitan, adalah anggota Fraksi PDIP yang notabene mengusung nama Miranda Gultom.
Penyuapan terhadap Agus Condro ditengarai merupakan upaya untuk memuluskan jalan Miranda Gultom guna menduduki pucuk pimpinan BI. Dalam perjalanan kasus tersebut, Agus pun membeberkan nama-nama sesama anggota Fraksi PDIP yang juga menerima suap tersebut. Sayang, meski telah banyak suap yang digelontorkan, yang terpilih justru Burhanuddin Abdullah.
Meski Agus Condro sudah menyerahkan banyak bukti ke KPK, kasus suap tak jua ditindaklanjuti oleh KPK pimpinan Antasari. Indonesia Corruption Watch (ICW) pun menuding Antasari tebang pilih dalam menangani kasus. Hal ini juga bisa dianalisis mengapa hal itu terjadi.
Selama Antasari menjabat Ketua KPK, ia tak mungkin menjebloskan teman-temannya di legislatif yang berhasil menolongnya meraih jabatan prestisius tersebut. Komisi III yang menangani seleksi KPK, terutama dari Fraksi PDIP telah diplot oleh pimpinan fraksi untuk memilih Antasari.
Kasus BI
Saat Burhanuddin Abdullah telah menjabat Kepala BI, ia pun dibidik oleh Antasari Azhar, hingga akhirnya sang gubernur berhasil meringkuk di bui. Meski dalam berbagai sidang, disebutkan banyak nama yang terlibat, tapi justeru hanya segelintir yang berhasil diseret ke penjara oleh KPK. Salah satu korban kegarangan KPK di bawah komando Antasari adalah Aulia Pohan, besan Presiden SBY sendiri.
Burhanuddin Abdullah tampaknya dijadikan target Antasari karena telah mengalahkan Miranda Goeltom dalam perebutan kursi nomor satu di Bank Indonesia. Miranda sendiri telah mengeluarkan ongkos yang tidak sedikit demi meloloskan dirinya, terutama untuk kalangan legislatif.
Sedangkan Aulia Pohan dibidik untuk menjatuhkan pamor SBY. Alih-alih jatuh, pamor SBY justru semakin naik dan mencitrakan dirinya sebagai pemimpin yang tidak pandang bulu dalam menegakkan hukum.
Epilog
Melihat rekam jejak panjang Antasari, kita bisa jadi mafhum, Antasari memang bukanlah sosok “bersih” untuk memimpin sebuah lembaga sekelas KPK. Tentu banyak musuh yang diciptakan oleh Antasari karena telah menyeret mereka ke dalam bui. Mereka tentu tidak akan tinggal diam dan mencari-cari kelemahan sang Laskar Pelangi dari Belitung itu. Dan akhirnya, saat kehancuran karier Antasari pun tiba. Kini ia telah masuk perangkap dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Padahal Antasari ingin mengakhiri tugasnya sebagai Ketua KPK dengan catatan manis dan mendapat sambutan meriah. Persis seperti para hadirin memberikan aplaus meriah kepada Taufiequrachman Ruki usai mengakhiri masa jabatan sebagai Ketua KPK periode pertama. Namun keinginan itu terjadi hanya menjadi keinginan. Catatan gilang-gemilang yang ia torehkan selama menjadi Ketua KPK seolah pupus, tak ubahnya hujan sehari yang menghapus kemarau sepanjang tahun. Ia terjerembab dalam pusaran asmara terlarang dengan sang caddy girl nan cantik, Rani Juliani, hingga berujung terbunuhnya sang direktur, Nasruddin Zulkarnaen.
Yang jelas saya jadi paham tugasnya seorang caddy…hihihi…maklum ga bisa golf
(komentar OOT ya…)
Kayaknya kasus Antasari ini akan menyeret banyak pihak ya Om? Menurut aku bukan soal asmara saja..
Yang pasti politik itu kejam..
Dari awal Memang Kental AA adalah orang bawaan. Sehingga nyata tebang pilihnya pada kasus korupsi.
Yang tak habis pikir, cara jatuhnya dengan sangat ga enak,ga keren juga ga asoy (xixixiix) jatuh pada pelukan caddy dan dibenamkan dalam lumpur kenistaan. tsah…
ibarat kata : Mobil BMW nabrak Becak,sebuah kecelakaan yg ga keren, udah rusak,lecet, penyok , ga dapat ganti rugi, masih digebukin teman2 tukang becak xixixiixixix
selalu ada terus ya masa lalu yang
diungkit, inikah bentuk pendidikan negeri ini yang harus di contoh oleh para
kawula muda,
iya, antasari yang getol memburu koruptor ternyata memiliki track record yang kelam juga. akhirnya, banyak yang percaya kalau dugaan keterlibatan aa dalam pembunuhan yang menghebohkan itu benar adanya. saya juga barusan baca di kompas, ketika awal rekrutmen AA sebagai xalon ketua KPK, dia mencoba menyuap wartawan. gimana ini? lha wong mau jadi “algojo” buat koruptor kok malah main curang. *halah* agaknya ini telah menjadi penyakit bangsa ini. proses rekrutmen hampir ndak pernah bener2 bersih, jujur, dan fair.
sedang mencari “james bond” indonesia, kalo ada yang tahu hubungi ini
http://serbasejarah.wordpress.com/2009/05/08/antara-rani-penggemar-james-bond-dan-james-bond-dibalik-kasus-antasari/
ide..hubungannya dengan ide Pak? Loh kok? Iya, ide para pelaku yg terlibat di kasus ini adalah ide menambang uang dari setiap kasus, ide ingin naik jabatan karya williardi, ide (katanya disuruh sebagai tugas negara) oleh eksekutor..ide mereka sesat dan menyesatkan ..hehehe …saya sedang suka bicara ide nih Pak. Salam.
http://ferdianadi.com/2009/05/09/segala-sesuatu-saling-berhubungan/
Justru sepertinya malah akhir karirnya ini akan banyak dikenang, mungkin dimuat dalam salah satu mata kuliah
🙂
dan akan dibicarakan sampai berpuluh tahun yang akan datang .. Bukankah itu namanya juga mencatat sejarah
😀
hahaa ..
Uhm, serius nie sekarang .. saya kok ragu penyebabnya wanita. Terlalu biasa ….
Dalam berapa minggu ke depan ini, saya yakin ada yang baru dan lebih heboh lagi ..
Tapi Rani memang jadi pembuka yang manis untuk cerita penuh intrik ini
Dan sekarang, comment saya sudah kepanjangan
😀 maaf Racheedus
Kasus yang menyita publik sejak dua minggu terakhir ini juga selalu menghiasi halaman muka media cetak dan elektronik.
Perang opini dan segala macam pemikiran tentang kasus ini muncul dari berbagai pihak. Semua pihak bergerak mencoba menggali segala informasi yang berkaitan dengan kasus ini. Seperti halnya di tulisan di atas yang menjabarkan jejak rekam negatif dari seorang AA. Kemarin di salah satu portal website berita nasional bahkan disebutkan tentang sosok Rani yg katanya termasuk mahasiswi yang tergolong ‘biasa-biasa saja’ di kampusnya dalam hal akademis.
Dan sore tadi di berita Trans7 diceritakan tentang sosok AA ketika masih berdinas di Sumatera Barat. Saat itu pun dia sudah menyukai olahraga golf dan sang reporter mewawancarai para caddy (laki-laki) yang sering bermain golf dengan dia dan seorang ibu tukang rumput yang sakit yang sudah tiga tahun ini mendapat kiriman uang untuk biaya pengobatan dari AA. Mereka tidak percaya kalau AA melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya karena mereka mengenal AA sebagai seorang sosok yang baik, ramah, mau ngobrol dengan mereka dan suka memberikan uang tip.
Yang saya lihat justru peran media yang beragam. Semua berita yang mereka tulis dibuat seheboh mungkin guna meningkatkan rating dan penjualan. Entah dengan cara seperti apa tapi kelihatannya peran media-lah yang lebih dominan disini, dominan dalam arti mampu menggeser opini publik dan imej seseorang. Sebuah media bisa menjadikan seseorang baik atau seseorang buruk dengan opini yang dimunculkannya.
Saya termasuk salah seorang yang memiliki keraguan yang teramat besar terhadap kinerja kepolisian sehingga sejak munculnya setiap kasus yang menghebohkan pun saya biasanya tidak langsung reaktif menanggapinya. Karena yang saya rasakan, kebenaran mutlak di zaman sekarang ini adalah sesuatu yang ‘langka’ dan kebenaran yang ada boleh jadi bukan apa yang seperti diputuskan oleh para penegak hukum, sebabnya adalah bisa jadi seseorang yang berdasarkan hukum bersalah sebenarnya adalah seseorang yang menjadi korban dan begitu juga sebaliknya.
Akan lebih arif jika kita tidak langsung mudah terbawa oleh opini yang berkembang dan dihembuskan oleh media. Lihat dan cernalah segala sesuatunya terlebih dahulu sehingga kita tidak terjebak dalam kuatnya arus disinformasi.
Aku mesti mesti berkata apa lagi? Kini siapa yang betul-betul, sekali lagi, yang betul-betul dapat dipercaya? Memang tak ada manusia yang seratus persen lurus, tapi mbok ya cantik sedikit alurnya. Nggak habis pikir.
Aku selalu berusaha keras menafikan soal jatuh seseorang antara lain dengan tiga hal: harta, tahta, wanita. Selalu kunafikan hal tersebut. Tapi ironisnya, sesuatu yang kunafikan malah justru banyak contohnya.
Aku mesti berkata apa lagi?
hmmm adakah seseorang yang benar-benar bersih?
Setuju dengan perkataan DM, yang cantik dikit, yang halus dikit, yang pandai dikit hehehhe.
entah kenapa setiap kali membaca berita seperti ini, saya tidak merasa terkejut sih…. Sebentar juga hilang gaungnya. Mending mikirin pendidikan untuk anak-anak yang tidak mampu ya Pak. hihihihi
Maaf sudah berkunjung ke tempat saya tapi sulit ya pak… Memang blog saya tidak ramah pada akses internet yang lambat, tapi gimana dong pak. Mustinya kan bisa juga tuh loading tanpa gambar. Kalau baca lewat RSS mustinya sih cepat pak. Atau MyBlogLog, FB?
EM
saya sebetulnya bingung mana yang benar dan mana yang salah
sekilas ada yang memutar balikkan fakta
yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar
fakta yang benar itu susah diketahui kebenarannya
karena ditutup-tutupi
semoga keadilan yang menang
Sependapat dengan Mas Annosmile…
Namun Keadilan Di Negara Kita ini Masih Diperjual belikan sehingga Sang Dewi menjadi Buta…
moga aja yg bener tetep bener.. yg menang ya yg bener nantinya ya… 😀
Kita lihat, semoga kesalahan dan kebenaran terungkap 🙂
wis gak iso ngomong maneh mirip si Dan, lengkap wis…
kepercayaanku sih kalo lembaga pemberantasan seperti itu atau apa saja kalo diresmikan menjadi sebuah komisi atau apalah pasti malah jadi rebutan untuk sarana bela diri dan persembunyian…
negara ini seharusnya masih menganut filosofi perang gerilya kemerdekaan seperti dahulu yaitu dengan gerakan rakyat, entah gimana prosesnya tapi harus independen dan dieksekusi oleh rakyat itu sendiri, dengan perlindungan resmi tentunya, kalo udah lewat legislatif dan lain sebagainya banyak kuda hitam yang kudisan bisa di make up biar kelihatan bersih sih, tapi ya dasar kuda begitu liat lawan jenis ya meringkik lah… bwahahaa
sepertinya media massa mempunyai pengaruh yang luar biasa. bisa membolak-balik nasib seseorang. bisa menggiring opini massa untuk menuju ke titik tertentu.
dan bagusnya, itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh orang2 yang punya kuasa, pengaruh dan dana.
akhirnya, tujuanpun tercapai… bisa berupa pembunuhan karakter, menjadikan bajingan jadi pahlawan dan sebaliknya… terlepas dari sudah terbukti dengan sebenar2nya kesalahan seseorang itu atau belum.
kabar baik, mas ? 🙂
kok berani-beraninya ya mereka mempermainkan hukum….yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Yang salah dibela..yang benar diabaikan.
Pengadilan manusia memang timpang….tidak memberikan “keadilan yang sebenarnya”… Kita lihat saja di pengadilan Tuhan nanti… (ini komentar atau ancaman ya…..)
Saya masih belum percaya. masih terperangah melihat keterlibatan AA, secepat itu dia dijadikan tersangka.
Ibarat gajah mada, sang ksatria tak selalu benar.
ini bisa jadi menunjukkan bahwa ketua kpk juga manusiaaaa… *diucapkan dengan irama lagu seurieus*
banyak sisi kelam yang terbuka dalam kasus ini, mas ochid. entah apa yang ada di balik ini semua, mudah-mudahan kebenaran segera terkuak dan keadilan ditegakkan.
pamit dulu, saya mau ngelamar jadi caddy…
banyak orang mengecam tapi qt hrus ttp mgenang jasa nya slma ini
tp Enk jg jd Caddy …..
huehe
CINTA BIRAHI ANTASARI
Antasari Azhar memang fenomenal. Menyala bagai api, melompat dari hati, membakar hangus koruptor lalu jatuh, menghilang menjadi abu. Hancur nama dan karirnya. Dia tersangka aktor intelektual pembunuhan Nasrudin, dengan latar cinta segitiga.
Benarkah pembunuh Nasrudin adalah Antasari??!!
Lepas dari persoalan pro dan kontra persoalan itu, ini adalah hasrat permasalahan cinta.
Cinta… selalu menghidangkan suatu madah tersendiri di segala lapisan masyarakat. Cinta selalu menguak rahasia alam dan misteri keabadian. Seperti tertulis dalam kisah Julius Caesar-Cleopatra, Bill Clinton-Monica Lewinski, Yahya Zaini-Maria Eva, Al Amin-Eifel, kini Antasari-Rani, semua berlatar belakang cinta.
Cinta telah membutakan mata meraka. Bagai setangkai mawar mekar indah, namun disekelilingnya dibangun pagai berduri. Mereka membabat habis pagar itu tanpa membiarkan ia berjalan dalam prosesi cinta.
Dari semua permasalahan,cinta selalu menampakkan fragment kekakuan, tiap-tiap segi permasalahan cinta membawa derita, memojokkan manusia menuju kehidupan yang serba fana.
Julius Cesar akhirnya hidup sendiri ditinggal mati Cleopatra, Al-amin dihukum 10 tahun penjara kemudian bercerai dengan kristina. Kini Antasari membunuh Nasrudin dengan latar cinta pula
Berkaca dari permasalahan itu semua, Mungkin kita harus belajar kembali apa itu cinta??!! seorang pujangga Yunani, Plato pernah berkata, bahwa cinta yang murni adalah cinta yang bebas dari pengaruh nafsu kekelaminan. Ajaran cinta ini dikatakan olehnya cinta para Dewata.
Pertanyaan besar dalam diri kita. Akankah kita harus kembali mengamalkan yang telah lama punah itu??!!
sumber:http://asyiknyaduniakita.blogspot.com/