Sakit merupakan salah satu cara Tuhan untuk menguji hamba-hamba-Nya. Dengan sakit, banyak hal yang diuji, seperti kesabaran, kepasrahan, keimanan, dan lain-lain, baik untuk si penderita sakit sendiri maupun orang sehat yang merawatnya.
Dengan sudut pandang berbeda, sakit sebenarnya adalah obat untuk menyegarkan, memperbaharui, dan menyehatkan jiwa. Namun seringkali, orang melihat sakit hanya dari sudut pandang fisik semata. Saat sakit terjadi, orang pun berusaha menyembuhkannya dengan sekuat tenaga. Apapun akan dikorbankan agar kesehatannya bisa kembali. Seolah kita tidak rela terhadap sakit yang menimpa. Padahal pada hakikatnya, sehat dan sakit juga berasal dari Tuhan.
Saat sakit datang, bayangan kematian pun menari-nari di pelupuk mata. Jika si sakit pasrah dan memiliki bekal kebaikan dan ibadah yag cukup selama ia menjalani hidup, ia pun akan berbahagia menyambut apapun yang terjadi, termasuk kematian. Jika sebaliknya, ia pun akan terperangkap dalam kesedihan dan rasa sakit yang tak terperi.
Mengaduh dan berteriak sakit bukanlah pemecahan yang tepat. Justeru memperparah kesehatan fisik dan jiwa. Apa jadinya jika selain sakit fisik, jiwa pun juga sakit karena tidak bersabar dan berpasrah diri kepada-Nya.
Bagi orang sehat yang sedang merawat si sakit, hal itu merupakan ujian kesabaran dan ketabahan pula. Saat sang anak sedang merawat orang tuanya yang sakit, maka ia sedang diuji Tuhan seberapa besar baktinya kepada orang tua yang telah melahirkan dan merawatnya hingga dewasa.
Seberapa pun besar pengorbanan sang anak dalam merawat orang tuanya yang sakit, tak kan sebanding dengan pengorbanan orang tua yang bertahun-tahun merawat dan mendidiknya sejak kecil. Nah, apalagi jika anak ogah-ogahan dalam merawat orang tuanya yang sakit. Sungguh keterlaluan sang anak terhadap orang tua.
Sakit memang seringkali datang tak terduga. Apalagi jika sakit bukan karena penyakit tetapi karena musibah kecelakaan. Inilah letak betapa lemahnya manusia di depan Tuhan. Siapa yang bisa menghindari takdir? Tak ada. Firaun atau George Bush sekalipun!
Meski kita harus belajar pasrah dan sabar, bukan berarti kita boleh berputus asa dalam mengharap rahmat-Nya. Sungguh, rahmat-Nya tak terhingga melebihi luas langit dan bumi. Jadi, kita pun tetap harus berikhtiar untuk memperoleh kesembuhan. Hal itu merupakan bentuk upaya lahiriah kita agar tidak terperangkap dalam keputusasaan. Betapapun kecil kemungkinan untuk sembuh. Tak ada yang mustahil jika Sang Penguasa kehidupan berkehendak.
Tapi seringkali saat kita berupaya keras untuk menyembuhkan sakit, kita lupa memberi ruang dalam hati kita untuk menyadari bahwa segala hal di dunia ini berada dalam genggaman-Nya. Kita larut dalam kubangan kesedihan saat kesembuhan tak kunjung datang meski telah banyak upaya dan harta kita gelontorkan.
Terkadang ada sakit mendera seseorang hingga tersudut dalam kondisi yang tak jelas, yaitu koma. Dikatakan hidup, ia hanya terbujur kaku tak bergeming. Dikatakan meninggal, nafasnya masih berjalan meski harus dibantu oksigen. Inilah kondisi yang betul-betul menyayat hati bagi yang merawat.
Saat itulah kepasrahan kepada Sang Pemilik Hidup menjadi sangat berarti. Kita tidak akan pernah menang melawan kekuasaan-Nya, termasuk Nietzsche sekalipun yang mengatakan Tuhan telah mati. Kepasrahan adalah solusi terbaik saat kehidupan terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Terakhir, tulisan ini adalah upayaku menasehati diri sendiri. Sudah hampir 1 bulan setengah, aku menunggu ibu mertua yang terbaring koma di ruang ICU sebuah rumah sakit karena ditabrak motor. Atasanku di kantor sudah marah-marah karena aku jarang masuk kantor. Istriku tak tahan jantungnya menunggu sang ibu terbujur sakit. Kalau pun tulisan ini bermanfaat buat Anda, saya tidak bermaksud menasehati Anda.
Sangat Bagus Tolong dong setiap ada naskah yang baru kirimin ke email dedi ya oke
[email protected]
[email protected]
setiap tulisan yang di tulis oleh pak Rasyid, benar-benar bermakna bagi saya jadi saya mohon kalau ada yang baru di kirim ke email aku yah. sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.
[email protected]
[email protected]
Haruskah Tuhan dipersalahkan, ketika kecerian seorang anak tercinta digantikan dengan tangisan meraung kesakitan akibat bibirnya sobek membentur lantai,padahal tidak ada angin ataupun hujan. Haruskan Tuhan dipersalahkan juga ketika laptop mulus kesayangan tiba-tiba harus jatuh hingga pecah. Memang kadang kita berpikir takdir Tuhan tidak adil, kita selalu mencari siapa yang harus dipersalahkan,bahkan klo bisa, Tuhanpun dipersalahkan,padahal kita tidak pernah tahu berapa trilyun kali harusnya kita ucap syukur kepada Tuhan atas segala nikmatNya.Subhanallah walhamdu lillah Allahu Akbar.
Jadi ingat petuah orang tua saya: “Sakit itu dapat meluruhkan dosa-dosa jika kita ikhlas menerimanya”. Sakit adalah cobaan yang menandakan ALlah masih sayang sama kita.
Salam hangat gsn Rasyid, “urang pahuluan” di Indramayu. Moga sehat dan sukses selalu. Mudah-mudahan persahabatan lwt dunia maya ini terus terjalin.
A lazy youth A lazy time
Jangan pernah engkau membenci seseorang karena pada suatu saat nanti engkau akan menyayanginya,
Tolong sampaikan kepada pemimpi