Keajaiban Sedekah

Suatu hari seorang kerabat dari Yogya datang ke rumahku. Dalam sebuah obrolan santai, ia bertutur tentang tetangganya yang begitu menggandrungi Ustadz Yusuf Mansur. Bukan untuk bergunjing atau menggosip saat sang kerabat itu bercerita. Namun ia bercerita tentang hikmah yang bisa dipetik dari sebuah pilihan hidup yang diambil oleh seorang anak manusia. Tentang kekuatan sedekah (the power of giving) yang sering didengungkan oleh Ustaz Yusuf Mansur.

Sang tetangga itu sebut saja namanya Syamsul. Ia memiliki usaha penjualan tabung gas Elpiji. Suatu hari ia bercerita, anak perempuannya yang pernah terserang panas.

Bacaan Lainnya

“Berapa biasanya biaya berobat ke dokter? Untuk mengobati penyakit panas seperti yang pernah diderita anakku?” tanya Syamsul kepada kerabatku.

“Ya, mungkin sekitar 200 ribu deh,” jawab kerabatku.

“Nah, waktu itu, saya pun bersedekah. Namun bukan 200 ribu, tapi 150 ribu. Biasanya, saya bayar ke dokter sekitar 150 ribu kalo anak lagi sakit.”

“Terus, maksudnya gimana?”

“Maksudnya gini. Dengan sedekah itu, saya berdoa semoga Allah memberikan kesembuhan. Meski anak saya tidak dibawa ke dokter. Tidak dikasih obat.”

“Lha, kalo mau sembuh, ya, minum obat, dong. Gimana, sih?”

“Betul. Tapi, Allah adalah sumber dari segala obat.”

“Waduh, ini sih logikanya ngaco. Fatalistik!”

“Lha, Allah memang Maha Segalanya. Kalo memang Allah menghendaki, sakit apapun bisa sembuh. Ya, meski tanpa obat. Namun sebenarnya, sedekah itu bagi saya adalah obat yang akan menyembuhkan.”

“Terus, gimana? Emang sembuh anaknya?”

“Yah, sembuhlah. Tidak sampai dua hari, anak saya sembuh.”

Begitulah cerita sang kerabat. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Tak ada ke sia-siaan bagi orang yang bersedekah dengan tulus ikhlas. Saat seorang bersedekah dengan tulus ikhlas, sesungguhnya ia sedang “memberikan pinjaman” kepada Allah. Dan ketika Allah membayar pinjaman itu, Ia pun akan melipatgandakannya jauh melebihi jumlah “pinjaman” yang diberikan sang hamba. Begitulah kiranya yang terjadi pada diri Syamsul.

Saat masalah datang bertubi-tubi, orang sering kali panik dan merasa betapa menderita hidupnya. Seolah hanya ia yang paling menderita dan susah di dunia ini. Padahal ia hanya seorang manusia di antara milyaran orang di muka bumi. Mungkin masih banyak orang lain yang jauh lebih menderita daripada dirinya.

Di tengah berbagai masalah dan kepanikan yang mendera, orang terkadang lupa bahwa Tuhan tidak pernah mati. Ia Maha Hidup dan terus menjaga seluruh alam semesta ini. Ia Maha Mendengar terhadap segala keluh kesah hamba-Nya. Namun sering sang hamba yang justru tak sudi merendahkan diri untuk meminta pertolongan pada-Nya. Berdoa dengan tulus dan penuh pengharapan. Berdoa dengan seluruh jiwa raga, bukan hanya hafalan di bibir semata yang terkadang ia sendiri tak mengetahui artinya. Pengharapan dan pertolongan betul-betul hanya ditambatkan kepada-Nya semata. Saat segalanya sudah tak tersisa lagi untuk diharapkan selain Diri-Nya semata.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

27 Komentar

  1. Salah satu kelemahan dari kebanyakan kita adalah merasa memiliki sehingga seringnya enggan untuk bersedekah karena merasa harta yang kita peroleh merupakan milik kita. Padahal jika kita menyadari hakikatnya bahwa apa yang ada pada diri kita bukanlah milik kita maka bisa jadi kita semua akan berlomba-lomba dalam bersedakah.

    Betul, Mas Jafar. Apa yang ada pada kita hanyalah titipan dari-Nya. Bahkan diri kita pun adalah-Nya.

  2. bagus sekali itu mas ridho, sbg manusia yang mudah mengataan ikhlas , tapi perbuatan kdg krg ihlas krn syetan ndak mau berhenti goda mns , na’udzubilahimindzalik, smg kt bs ikhlas jiwa dan raga anim

  3. dlm hidup kdang kita hanya brfikir mngandalkan logika smata, pdhl di atas logika ada yaitu iman. sbb klau kita memandng sesuatu dgn iman, tak ada sesuatu yg mustahil di bumi ini.. sbg contoh dgn kkuatan sdekah td mampu mnyembuhkn anaknya yg sakit. krn pd hakektnya apa pun yg di khendaki Allah tak ada yg sulit. krn ilmu Allah tak brbtas, mungkinkah logika kita yg trbatas mngetahui sesuatu yg tak terbatas..?
    yg jelas sedekah bukan hnya materi, tp tenaga dan pikiran klo kita niatkan sdekah, ia jg mnjadi sdekah

  4. memang betul sedekah itu sebetulnya secara logika harta kita berkurang(jadi tidak ada)tapi pada hakekatnya harta tersebut tetap menjadi milik kita cuma untuk sementara kita titipkan dulu yang Insya Allah akan kembali lagi ,bahkan saat kembali kepada kita akan tumbuh menjadi besar,subhanalah

  5. subhanallah…cerita di atas menginggat kpd sodara saya yg anak nya di culik,dan penculik meminta tebusan 1milyar,tapi sodar saya itu tidak mau menyanggupi,sodara saya hanya mengambil uang nya 25 juta dan mesedekah kan saja,dan ajaibnya dng kebesaran Allah anak sodara sy lolos pd malam nya dri penculik,ini kisah nyata sodara sy yg tinggal di aceh tengah.