Juminten dan Spirit Kartini

Juminten
Juminten

Nama aslinya adalah Jumirah. Tapi istriku sering memanggilnya Juminten. Ia memang bukan artis cantik seperti Sandra Dewi. Ia juga bukan berasal dari keluarga tajir yang sawahnya berhektar-hektar. Bapaknya ‘hanya’ seorang tukang becak yang dulu sering mangkal di depan rumahku. Ibunya menjadi TKW di Arab Saudi.

Suatu hari, Juminten meminta izin kepada istriku untuk memanfaatkan kayu-kayu potongan usai rumahku direhab. Kayu-kayu itu digunakan untuk kayu bakar. Tentu saja, istriku memperbolehkan. Rumahku juga menjadi terlihat bersih dari tumpukan kayu yang berserakan di halaman belakang.

Bacaan Lainnya

Sepulang dari rumahku, sekitar 15 menit kemudian, Juminten datang dengan mengayuh sendiri becak ayahnya. Welah! Aku terpana. Nyaris tak percaya dengan penglihatanku. Ternyata Juminten betul-betul wanita perkasa. Dengan sigap, ia mengangkut sendiri kayu-kayu itu dan menaruhnya di becak. Tak terasa, becak itu pun penuh dengan muatan kayu. Sejak awal, Jum melarang keras diriku untuk membantu mengangkut kayu-kayu itu ke dalam becak. Sungguh, aku tak tega melihatnya.

Namun ketika hendak mulai mengayuh becak, Juminten pun akhirnya tetap memerlukan pertolongan orang lain. Aku melihat sendiri, betapa beratnya mengayuh becak dengan muatan penuh. Akhirnya, aku pun membantu mendorong becak sehingga mulai berjalan lantas dikayuh oleh Juminten.

Juminten adalah profil perempuan desa yang lolos dari perangkap kemiskinan. Meski terlahir dari keluarga yang bergelimang kefakiran, ia tidak tergelincir dalam kubangan dunia malam untuk berjaja cinta. Ia tetap membekali diri dengan kesabaran dalam meniti jalan licin kemelaratan. Padahal di saat yang sama, banyak temannya yang tergoda menapaki jalan pintas yang nista.

Kalaupun ia hendak memasuki dunia malam, kukira ia memiliki modal paras dan postur tubuh yang tidak mengecewakan. Ia memiliki keindahan alami khas wanita desa. Jika disentuh dengan pulasan kosmetika dan tampilan gaun yang indah, mungkin kecantikannya tidak kalah dengan model metropolis.

Puji Tuhan, Juminten masih bisa menikmati bangku sekolah hingga Madrasah Aliyah yang setingkat SLTA. Sesuatu yang merupakan barang mewah bagi banyak teman-temannya yang dihimpit kemiskinan. Meski terseok-seok dalam melunasi SPP sekolah, Juminten tetap mampu menyelesaikan pendidikannya di madrasah tempat istriku mengajar itu.

Saat musim caleg tiba sebelum pemilu lalu, pesona Juminten mampu memikat beberapa caleg bonek yang sering mampir ke rumahku. Namun dengan keukeuh, ia menampik tawaran cinta para pria bertampang jadul itu. Akhirnya memang terbukti, para caleg itu gatot alias gagal total dalam pemilu legislatif silam. Aku tak bisa membayangkan, jika saat itu Juminten terhanyut dalam rayuan gombal para caleg tersebut, mungkin ia ikut dirundung stress memikirkan kekalahan sang pujaan.

Kini, tepat hari kelahiran Ibu Kartini, Juminten masih datang ke rumahku untuk meringankan pekerjaan rumah. Ia sendiri tidak tahu, sekarang adalah peringatan Hari Kartini. Yang ia ketahui, ia harus membantu meringankan beban orang tuanya. Rumahnya yang sempit masih berlantaikan tanah dan berdinding bata yang belum jua diplester semen.

Kemiskinan memang palu godam yang siap meremukkan harga diri seseorang, sehingga rela menelusuri jalan kelam kehidupan. Dan Juminten telah berhasil menyelamatkan diri dari hantaman palu godam itu. Ia mampu menjadi ikan yang tak asin di tengah lautan.

“Jum, kalau cari suami, jangan asal-asalan, ya. Kaya raya tapi miskin hati dan iman hanya akan membuatmu menderita berkepanjangan. Apalagi yang miskin harta dan miskin iman. Masih mending miskin harta, tapi kaya hati dan iman.” Demikian yang sering kupesankan pada Juminten. Ah, saya jadi teringat pada Sukimin dan Anto.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

34 Komentar

  1. terus gimanakah nasib dari seorang caleg itu gan . . . . .
    salam kenal & silaturahmi di kunjungan pertamaku ini

    Caleg-caleg itu nggak ada yang menang! Mereka cuma modal nekat doang.
    Salam kenal juga. Makasih sudah mampir. Mudahan nanti saya bisa bersilaturahmi balik.

  2. hehehheh…………..
    yah namanya hidup……mkin karena kerasnya hidup ampe dia sekuat itu…..
    bandingkan dengan wanita2 yang lain…iyakan…

    Betul, Mas Iwan. Kerasnya hidup membuat orang juga harus berupaya keras untuk mempertahankan diri, jika tidak ia tergilas.
    Makasih sudah mampir.

  3. Jadilah Khadijah, Aisyah, Fatimah Azzahra, Cut Nyak Din dan Cut Rindu ๐Ÿ™‚

    Sejak kapan jadi orang Aceh, De? He… he…
    Tapi, orang-orang itu, termasuk Ade, memang bisa dijadikan uswatun hasanah bagi para perempuan yang berupaya menjalani hidup lebih baik dan bermakna.

  4. wahhhh postingan bapak menyentuh semangat sekali, menggugah rasa dan menambah asa, bahwa hidup harus dipertahankan….

    Makasih apresiasinya, Uda Imoe. Hidup memang harus dipertahankan tanpa mengorbankan norma agama dan sosial.

  5. perempuan2 perkasa konon justru berasal dari kalangan akar rumput, mas rache. sejatinya, perempuan2 semacam juminten justru telah memaknai emansipasi meski dia sendiri ndak paham apa itu emansipasi. perempuan yang senasib dg juminten, dg himpitan ekonomi yang demikian berat, agaknya masih sanggup survive utk tdak berselingkuh, kekeke …. sungguh beda dengan mereka yang gembar-gembor ttg kesetaraan gender, tapi ndak punya duwit sehari saja, bawaannya mau selingkuh dg lelaki berkantong tebal. semoga saja kecurigaan saya tdk benar, haks.

    Betul, Pak. Perempuan-perempuan desa seperti Juminten justru menjalankan emansipasi tanpa banyak gembar-gembor. Mereka perempuan perkasa di tengah cobaan hidup yang begitu berat.
    Kayaknya, kecurigaan itu bisa benar adanya.

  6. Emansipasi menurut saya adalah politik penyalahan budaya,bukankah emansipasi sudah dijalankan 15 abad silam?
    Jadi para penyeru ajaran emansipasi itu memperjuangkan siapa ? dirinya sendiri mungkin

    Maksudnya, budaya dikambinghitamkan gitu, ya, Mas Jamal? Mungkin aja, Mas Jamal, mereka memang sedang memperjuangkan diri sendiri.

  7. wueh..mantap ya Juminten dengan prinsipnya yang tidak mudah tergoda dengan rayuan2…semangat bekerja untuk bertahan hidupnya pun menjunjung tinggi bersama dengan dedikasi untuk keluarganya….

    wah berbagi cerita yang mantap kawan… ๐Ÿ™‚

    Ya, saya juga banyak bercermin dari Juminten.
    Cerita Mas Harsa juga mantap. Banyak hikmah yang bisa dipetik.

  8. Perempuan sebetulnya perkasa mas, entah dari akar rumput atau golongan menengah ke atas, Yang penting adalah bagaimana cara pikirnya. Orang akar rumput memang harus perkasa karena mau tak mau harus kerja keras untuk cari sesuap nasi.

    Golongan menengah ke atas harus perkasa, karena dunia kerja yang makin kompetitif, jalanan macet, dan anak-anak yang membutuhkan perhatian. Namun Tuhan Maha Adil, walau terlihat ringkih, sebetulnya perempuan diberi kekuatan, kenyataannya begitu ketemu anaknya rasa lelah, piliran kusut langsung hilang…..

    Hmm tak terasa waktu cepat berlalu…..saya merasakan kebahagiaan sekarang, setelah tahun2 yang hanya tidur sejam dua jam, agar roda rumah tangga bisa berputar, anak2 sehat dan berpendidikan, karir juga berjalan, baik karir isteri dan karir suami. Seperti yang dibilang suamiku, rumah tangga yang berhasil apabila karir suami isteri tetap berjalan, tak ada yang terpinggirkan dan anak-anak yang bahagia.

    Senengnya kalau Ibu Edratna memberi komentar. Masalah jadi dilihat lebih proporsional.
    Selamat atas keberhasilan perkawinannya, Bu. Saya harus banyak belajar dari Ibu.

  9. Salut bwt juminten… Kartini di Era Reformasi.

    Juminten memang membuat kita salut. Makanya, profilnya kutulis dalam rangka memeringati Hari Kartini kemarin.

    Kayapa habar pangantin hanyar nih? Maaf ai kada kawa datang.

  10. hihihi.. cantik2 mbecak.. tapi salute mas.. bener banget,, dari pada di jajakan di malem hari.. na’udzubillah ๐Ÿ™‚

    Sebenarnya, yang jadi tukang becak itu ayah Juminten. Dia sendiri adalah pembantu di rumah ana. Cuma kebetulan waktu mau bawa kayu, ia pakai becak orang tuanya. ‘Ala kulli hal, memang lebih baik daripada dijajakan di malam hari.

  11. sosok perempuan adalah cahaya dalam sebuah keluarga….

    saya sendiri merasakan di keluarga bibi saya tatkala bibi meninggal terasa rumah itu sepi seolah tanpa kehidupan….alias acak-acakan

    Perempuan memang ciptaan-Nya yang istimewa yang harus kita hargai.

  12. harusnya gitu sih jadi perempuan, tak tergoda oleh kekayaan sesaat..
    Pokoknya tetap berjuang dalam hidup ini.
    Semoga semua perempuan Indonesia bisa memaknai hari kartini bukan dengan simbolis melainkan dengan sikap. Berjuanglah wahai perempuan Indonesia, kami para lelaki siap mendukung kalian…
    Bersemangat…

    Oke, deh. Sepakat, Trinil. Mari kita dukung perempuan Indonesia agar lebih maju dan tidak tergoda dengan kekayaan sesaat.

  13. saya jadi berandai2, bila saja juminten yang sedang narik becak itu ketemu dengan penggede2 kumpeni pada waktu jaman voc, bukan tidak mungkin yang akan terkenal saat ini adalah istilah ‘spirit juminten’.

    Mungkin saja, Mas Goen. Tapi, Juminten kan anak rakyat jelata, bukan anak priyayi seperti Kartini.

  14. Salam hormat saya Pak untuk Mbak Juminten, bapak juga telah memuliakannya dengan menjadikannya inspirasi yang diceritakan pada dunia. Salut untuk bapak.

    Insya Allah, nanti salam Pak Ferdi saya sampaikan.
    Makasih atas apresiasinya. Saya sekedar berupaya menjalani hidup lebih baik dan bermakna.

  15. Selalu ada sosok2 Kartini yg berbeda
    Bahkan mungkin jauh lebih baik dari padanya

    Aku bangga pada perempuan termasuk Juminten
    Apalagi ibuku ๐Ÿ™‚

    Lha, iya lah, Kang Achoey. Ibu kita sendiri memang harus dibanggakan, jangan sampai kita jadi Malin Kundang di zaman modern.

  16. sip! akhirnya saya kenal lebih dekat dengan juminten.
    dan selain perkasa, juminten ternyata memang cantik ya, mas? hati-hati loh. *lho?* hihi…

    eh, jadi nggak ngirim proposal ke si penganyam sepi yang sohor itu? dia kan kaya hati dan juga harta, mas. kali aja cocok sama juminten. *sembunyi takut dipentung si penganyam sepi*

    Ah, Uni, bawaannya curiga aja deh. Tapi, oke, deh. Saya memang harus hati2. Bagaimanapun, dia bukan muhrim saya. Lagian, kalo sore dia kan pulang ke rumahnya sendiri. Trus, istri saya juga lebih cantik, kok. Ha..ha.. Narsis.
    Sebenarnya posting ini adalah proposal untuk si penganyam sepi itu! Ha…ha….

  17. Wah, perlu segera dilanjut ke arah yang lebih “konstruktif”. Mungkin ke Mas Sukimin atau Anto itu ya. Sayang, mutiara Juminten ini klo jatuh ke orang2 yang salah.

    Betul, Pak. Jangan sampai jatuh ke tangan pendekar beraliran hitam. Si Anto itu dari aliran hitam lho, Pak. Ha…ha….

  18. Malem Om…
    Wah, salut ma Juminten om.., sosok perempuan perkasa, tapi masih banyak juminten2 yang lain di negri ini, kita wajib contoh ketegarannya dalam menjalani hidup ya..

    Malem juga, Radesya.
    Betul. Masih banyak Juminten-Juminten lain di negeri ini. Namun mereka tidak diekspos oleh media massa, karena memang bukan selebriti yang suka masuk infotainment.

  19. Juminten itu mestinya dapat penghargaan Pemkab Indramayu. Sayang, parameter untuk mengukur hal itu tidak ada.

    Biarlah Juminten apa adanya. Tak perlu silau dengan trophy, penghargaan, atau rayuan gombal caleg bertampang jadul (seperti apa sih caleg dengan tampang jadul itu? Hihihi).

    Ya, jangan remehkan satu orang Juminten di kelamnya kehidupan daerahnya. Karena kalau ia bisa bersinergi dengan sesamanya, tak syak lagi, akan menjelma menjadi kekuatan yang maha dahsyat. Dan mengibas image miring daerahnya yang terlanjur kentara.

    Hidup Juminten!
    Hidup Juminten!
    Hidup Juminten!

    Penghargaan bukanlah tujuan Juminten. Keinginannya sederhana aja: bagaimana bisa survive tanpa menempuh jalan kelam.
    Mudahan kelak muncul Juminten-Juminten baru sehingga bisa mengikis image buruk itu.
    Pengen tahu tampang jadul? Bayangin aja Datuk Maringgih atau Sukimin. Ha…ha….
    Hidup Juminten!

  20. Beberapa pihak sampai sekarang masih mempertanyakan kenapa R.A. Kartini yang dipilih sebagai ikon emansipasi wanita Indonesia. Padahal negeri ini memiliki pejuang-pejuang wanita lainnya yang lebih aktif, sebut saja Cut Nyak Dien dari Aceh dan Dewi Sartika dari tanah Pasundan.

    Keduanya adalah pahlawan yang terjun langsung. Cut Nyak Dien dengan perjuangan fisik mendampingi suami berperang dan Dewi Sartika dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk para isteri di beberapa kota.

    Tapi seperti itulah faktanya, negara Indonesia sudah memilih hari kelahiran seorang perempuan Indonesia , yaitu R.A. Kartini sebagai hari yang menandai kebangkitan kaum wanita Indonesia.

    Ada satu orang wanita yang saya kenal yang mirip dengan Juminten, sama-sama perkasa.

    Wanita itu ditinggal meninggal oleh suami karena suatu musibah, dan meninggalkan 3 orang anak dengan anak yang paling bungsu baru berusia beberapa bulan saat itu.

    Setelah musibah itu, dia harus menafkahi 3 orang anaknya seorang diri. Tapi ia tidak mau menyerah, ia menjadi pembantu rumah tangga dan membesarkan anak-anaknya sendiri. Bahkan sejak suaminya meninggal, meskipun banyak lamaran dari laki-laki yang ingin menjadikannya isteri tapi ia tetap memilih untuk sendiri. Padahal beban kerjanya begitu berat, berangkat pagi dan pulang sudah larut malam. Semua itu ia jalani dengan tegar dan seorang diri. Sekarang ia sudah bisa mulai menuai hasilnya, anak-anaknya sudah besar dan mandiri.

    Selalu ada jiwa wanita perkasa yang ada di sekeliling kita, hanya saja kita jarang memperhatikannya.

    Betul, Mas Jafar. Masih ada pejuang wanita yang lebih aktif. Tapi yang lebih menyuarakan tentang persoalan emansipasi wanita memang Kartini. Dan yang tak kalah penting, Kartini dan keluarganya dekat dengan penguasa Belanda saat penting. Ada kepentingan politik internal Belanda dalam mengangkat sosok Kartini.

  21. Ooh,, inikah dia Juminten yang terkenal ??
    Ow, memang perkasa …
    Semoga dapat imbalan yang melebihi impiannya ..

    Salam Racheedus,, baru ini sempet main ke sini ๐Ÿ™‚

    Ya, itulah dia Juminten yang bersaing ketat dengan si guru muda untuk menaklukkan Sukimin Mahendra.

    Salam juga, Muzda. Urang Banjar juakah, pian, nih?

  22. oooh ini toh yang namanya juminten.
    mau disanding dengan sukimin mahendra?
    hmmm nanti sukimin yang masak dan juminten yang kerja aja ya. BTW bagaimana pandangan bapak ttg bapak rumah tangga? ๐Ÿ™‚ Di Jepang mulai ada fenomena baru loh, bapak rt.

    EM

    Setuju, deh. Sukimin sama Juminten.

    Fenomena bapak rumah tangga di Jepang? Di tempat tinggal sekarang saya saja, sudah muncul fenomena seperti itu. Istri-istri yang menjadi TKW di luar negeri, membuat para suami mengambil alih peran sang istri. Para suami menjadi bapak rumah tangga dan mengasuh anak-anak mereka. Melihat fenomena itu, saya jadi miris. Justru lebih banyak dampak negatif daripada positif. Kasih sayang dan perhatian Bapak tidak seperti yang dimiliki oleh seorang Ibu. Yang banyak terjadi, para suami itu tidak tahan menanggung beban tugas baru itu, dan akhirnya anak-anak terlantar. Bulan-bulan pertama masih kuat. Tapi setelah setengah tahun atau setahuan lebih, para suami itu pun bertingkah. Mereka kemudian berselingkuh ria, melampiaskan kebutuhan biologisnya dengan wanita lain. Akhirnya, anak kembali jadi korban, rumah tangga pun jadi berantakan.