Bertambahnya umur tidak selalu berarti bertambah kearifan dalam menjalani hidup. Terkadang semakin bertambah umur, justeru semakin menjauh dari kearifan. Tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi. Demikian kata pepatah yang sempat didendangkan oleh Anggun C. Sasmi di tahun 90-an silam.
Itulah tampaknya yang terjadi pada diri Hugh Hefner. Di usianya yang menginjak 82 tahun, sang kakek masih sibuk mengoleksi perempuan untuk dijadikan gundiknya di dalam istana mewahnya, Playboy Mansion. Terakhir, ia mengoleksi tiga wanita cantik,Crystal Harris dan si kembar, Karissa-Kristina Shannon.
Hefner memang bukan lelaki sembarangan. Ia bisa dikatakan Datuk Maringgih zaman modern. Ia lelaki kaya raya yang mendirikan kelompok usaha Playboy Enterprises yang bergerak di bidang industri yang menjual hal-hal berbau esek-esek. Awalnya ia menerbitkan majalah Playboy di tahun 1953 yang menampilkan pose-pose perempuan telanjang. Kini, usahanya sudah melebarkan sayap ke bidang televisi, film, internet, dan lain-lain. Ketika kini Amerika dilanda krisis ekonomi, bisnis Hefner pun terkena getahnya. Konon, ia memecat banyak pegawainya untuk mempertahankan bisnisnya.
Menurut si tua bangka ini sebagaimana dilansir www.kapanlagi.com, ia membuat merek Playboy karena terobsesi cintanya pernah ditolak seorang perempuan saat berumur 16 tahun. Duh, patah hati nih yee. Merasa terhina, Hugh pun membuat sesuatu agar ia dikenal dan disukai teman-temannya di sekolah. Ia lantas membuat komik bergambar perempuan telanjang. Tak ayal ia pun menjadi terkenal di sekolah dan mulai dikelilingi teman-teman gadisnya. (Oh, ya, emang masih gadis?).
Di Indonesia sendiri, majalah Playboy versi Indonesia juga sudah terbit, meski sempat ditentang berbagai pihak. Sejauh ini, Playboy versi Indonesia belum menampilkan pose telanjang bulat sebagaimana versi Amerika dan negara-negara lain. Tapi pose-pose perempuan a la Playboy Indonesia sudah cukup untuk membangkitkan berahi laki-laki.
Hefner betul-betul memanfaatkan insting purba manusia sebagai lahan bisnis. Seks. Bisnis di bidang ini memang selalu menggiurkan. Peminatnya selalu membludak. Semakin modern, orang semakin canggih, tidak hanya dalam menciptakan mesin pembangkit listrik, tapi juga mesin pembangkit berahi.
Di tengah masyarakat Amerika yang sangat menjunjung tinggi kebebasan, bisnis Hefner pun mendapat tempat yang istimewa. Majalah Playboy merupakan media kampanye kebebasan seks a la Amerika. Perempuan berparas cantik dan bertubuh semlohai, bisa mendaftar menjadi model telanjang di Playboy. Atau kalau beruntung, bisa menjadi gundik Hefner. Tentu saja dibayar mahal oleh si kakek tajir tersebut. Kalau pengen tahu berapa bayarannya, tanya deh sama Tiara Lestari. Dia kan orang Solo yang pernah jadi model Playboy versi Spanyol.
Masyarakat yang masih memprotes Playboy adalah masyarakat munafik. Hipokrit. Begitu kira-kira tudingan Hefner. Lha wong kebebasan seks itu enak, kenapa pura-pura tidak mau? Memang ia sempat dituntut ke muka pengadilan dengan tuduhan menyebarkan kecabulan pada tahun 1963 setelah ia menampilkan pose telanjang Jayne Mansfield. Sayang sekali, juri di pengadilan tidak berhasil membuat keputusan.
Perempuan yang mau berbugil ria di depan kamera Playboy, adalah perempuan pemberani yang berhak menentukan sendiri tindakannya. So, what gitchu lhoh? Ah, si bandot ini memang pede habis. Anehnya, Tuhan ternyata masih memberinya umur panjang. Walaupun AIDS menelan korban banyak artis, Oom Hefner ini ternyata sehat-sehat aja tuh ampe sekarang.
Meski sudah berbau tanah dan wajah sudah laksana bulan, penuh keriput dan nggak mulus blass, Hefner masih juga bermain-main perempuan yang pantas jadi cucunya. Seminggu dua kali, ia bercinta dengan tujuh perempuan cantik sekaligus! Hebat juga, ya, Hefner. Meski mungkin bisa dikatakan sudah kadaluwarsa, peralatan tempurnya ternyata masih bisa menelan korban tujuh perempuan dalam satu pertempuran. Aku tidak tahu, apakah pertempuran itu berlangsung sengit atau tidak. Yang jelas, sebagaimana kata Izabella St. James yang juga pernah jadi pasangan kumpul kambingnya, Hefner meminum Viagra sebelum bertempur.
Kalau Anda menganggap, betapa enaknya jadi Hefner, Anda adalah orang yang tertipu. Hefner tak pernah berhasil membangun pernikahan. Istri pertamanya, Mildred Williams, yang dinikahi pada tahun 1949, tak tahan dengan kelakuan Hefner yang hobi selingkuh. Akhirnya, mereka pun bercerai pada 1959. Tak lupa, Hefner memberi oleh-oleh Midlred, dua orang anak, Christie dan David Hefner. Kelak, kedua anak itu ikut terlibat menjalankan usaha sang ayah dalam menjalankan industri pemuas berahi ini.
Emang Hefner betul-betul petualang seks sejati. Pada tahun 1971, ia diketahui bereksperimen untuk bercinta dengan sesama lelaki. So, tidak hanya senang terhadap perempuan, Hefner juga ingin mencicipi “pedang bertemu pedang”. Namun eksperimen itu tampaknya tidak menarik bagi dirinya. Ia kembali ke jalur aslinya sebagai penakluk wanita. Trauma di masa kecil remajanya karena patah hati cintanya ditolak, membuat Hefner kembali menunjukkan bahwa ia betul-betul playboy sejati. Pada tahun 1989, ia menikahi Kimberley Conrad, mantan model majalahnya. Pernikahan keduanya ini juga berakhir dengan perceraian. Lagi-lagi, Hefner memberi Conrad oleh-oleh dua orang anak.
Hefner memang tampaknya tidak bisa hidup dalam keluarga normal. Ya, orang yang tidak pernah puas adalah pertanda orang yang tidak bisa menikmati kebahagiaan. Lihat, saja Hefner. Sudah berapa kali, ia berganti perempuan? Tak terhitung banyaknya. Padahal, para perempuan Hefner itu tidak ada yang seperti Mpok Hindun di Sinetron Bajaj Bajuri. Ya, kan? Saya nggak bilang, Mpok Hindun jelek lho! Meski tak terhitung banyaknya perempuan yang menghangatkan tubuhnya, tetap aja si gaek Hefner mengaku tidak pernah merasakan cinta. Ya, cinta dan seks memang dua hal yang berbeda, Kek!
Tapi, manusia selalu memiliki dua sisi kehidupan yang bertolak belakang. Meski ia dikenal sebagai pengusaha yang mengeksploitasi kemolekan tubuh perempuan, ia juga dikenal berjiwa sosial. Sebagian dari dana yang ia hasilkan dari industri dewasanya itu, ia sumbangkan untuk membantu University of Southern California’s School of Cinematic Arts, Partai Demokrat Amerika, organisasi riset autis, dan lain-lain. Semacam pencucian uanglah (money laundring). Tidak aneh. Dulu, para mafia juga menyumbangkan sebagian hasil kejahatannya untuk kegiatan sosial. Para koruptor di negeri ini juga terkadang menyumbang untuk kegiatan-kegiatan sosial. Ya, biar rekam jejak kejahatan mereka tidak digugat.
Tapi, menurutku, kejahatan dan keburukan tetaplah tidak berubah hanya karena diberi topeng kebaikan. Berbuat baik harus dengan cara yang baik pula. Membantu orang lain tentu merupakan sesuatu yang mulia. Tapi, tentu tidak selamanya. Bantuan yang disumbangkan harus pula berasal dari sesuatu yang baik dan bersih. Ya, inilah dunia. Tidak hanya orang FPI yang menghuninya. Tapi juga orang-orang dari spesies Hefner.
Aku kadang heran, mengapa para aktivis perempuan dan para pejuang gender di Amerika tidak pernah memprotes kegiatan Hefner. Bagiku, adalah pelecehan luar biasa jika perempuan dijadikan gundik seperti yang dilakukan Hefner. Perempuan yang dijadikan gundik di harem seperti zaman dulu ternyata masih terjadi, bahkan di Amerika yang konon menjadi kiblat para aktivis pembela perempuan. Ironis! Perempuan diredusir maknanya menjadi sekedar seonggok tubuh yang dijadikan komoditas. Seolah di mata Hefner, penghargaan terhadap perempuan adalah jika ia cantik, bersedia bertelanjang di depan kamera yang kelak disebarkan ke seluruh dunia. Tentu saja jika si model mau jadi gundiknya.
Ya, sudahlah. Saya, termasuk pula Anda, tidak perlu iri dengan Hefner. Hidup kan tidak hanya di dunia ini. Namun bagi yang tidak percaya dunia akhirat, itu urusan Anda. Betapa sedihnya jutaan miliar orang di dunia jika kesuksesan hidup hanya diukur dari kekayaan dan keberhasilan menaklukkan banyak perempuan cantik. Hidup dan kematian diciptakan Tuhan untuk menguji siapa di antara kita yang paling baik amal perbuatannya.
eeeeem mau doooong