Biarkan Aku Menghindar…

biarkan aku menghindar

biarkan aku menghindarJuwita, bilur-bilur sepi memang sedang menyelusup di relung hatiku. Meski hanya untuk sementara, kesendirian ini memang sempat membuatku tertawan dalam jeruji sunyi. Tapi, bukan berarti kumiliki sejumput keberanian untuk menyulih kesepianku dengan tindakan nista. Jujur kuungkapkan, aku tersanjung dengan tawaran cintamu padaku. Namun dengan jujur pula kukatakan, aku tak kuasa membelah cintaku untuk perempuan lain selain ibu dari kedua anakku.

Juwita, ia memang tidak sepintar dirimu dalam bersolek. Tubuhnya memang tak seindah tubuhmu. Ia memang tidak pandai menyunggingkan senyum yang menggoda. Tapi, cintanya padaku sudah diuji oleh sang waktu. Dibasuh oleh genangan darah dan isak air mata. Pahit getir hidup telah kukecap bersama dengannya. Sungguh, aku adalah lelaki tak tahu di untung tatkala mulai memetik buah manis hidup, aku justru menikmatinya bersama perempuan lain.

Bacaan Lainnya

Juwita, kusadari sepenuhnya, aku lelaki biasa yang bisa terseret dalam derasnya arus godaan dunia. Kuakui, kau memang menebarkan sejuta daya pikat. Namun, aku masih menyimpan tabungan takut pada Sang Pemilik Hidup. Tak kuasa kusambut uluran kasihmu. Rawatlah saja bunga cintamu pada lelaki yang telah mengayuh biduk rumah tangga bersamamu. Setangkup asa yang kau genggam untukku hanya akan menjelma sebilah pedang yang merobek jantungmu.

Biarlah aku dicibir sebagai lelaki pilon yang mencampakkan kesempatan emas. Biarlah aku dituding lelaki pecundang yang tak bernyali menantang badai dosa. Simpan saja segenap bujuk rayumu untuk memadu asmara denganku. Sungguh, betapa nistanya diriku jika aku terperosok untuk mencoreng kehormatanmu dan kehormatanku.

Belajarlah untuk merenda setia, Juwita, sebagaimana aku juga sedang belajar untuk merendanya. Kau pernah merasakan betapa pahitnya disodori empedu pengkhianatan, hingga kau pun menginsyafi betapa manisnya makna kesetiaan. Tak ada keagungan cinta yang tak diuji dengan kesetiaan. Tak ada kesetiaan yang tak diuji oleh kesepian. Jika kau lulus dalam ujian ini, kelak kau akan menyadari betapa indahnya cinta.

Karena itulah, akhiri saja petualanganmu. Kau tak kan pernah menemukan lelaki yang mampu memuaskan gairahmu. Berusahalah mensyukuri pasangan yang telah Tuhan pilihkan untukmu. Terimalah apa adanya keadaan dirinya, sebagaimana aku juga berupaya menerima apa adanya keadaan perempuan yang selama ini mengarungi samudra hidup bersamaku.

Berikan saja keindahan tubuhmu untuk lelaki yang telah mengucap janji setia denganmu. Tak usah kau pamerkan di depanku yang tidak berhak menikmatinya. Jangan kau rendahkan dirimu dengan mengiba cintaku padamu. Tak perlu kau jual murah kehormatanmu untuk meraih kenikmatan semu yang hanya akan menuai nestapa di ujung cerita.

Juwita, selaksa maaf kuhaturkan untukmu. Kusadari keadaan diriku, aku bukanlah lelaki idamanmu yang sanggup menuntaskan dahaga gairahmu yang senantiasa bergelora. Aku juga tak bisa membangun istana renjana bersamamu di atas puing-puing pengkhianatan. Tak sanggup kubayangkan, kau masih melambaikan tangan pada setiap lelaki yang memikat hatimu saat kau duduk mendampingku. Tak kuasa kulihat kau beringsut dari hidupku saat aku sudah tak mampu menenangkan gemuruh hasratmu.

Sudahlah, Juwita, jadilah istri yang setia dan ibu yang baik. Suamimu masih mendambakan gairah cintamu. Anakmu masih memerlukan belaian kasih sayangmu. Tak perlu lagi kau berlari mengejar kebahagiaan hampa yang hanya akan berbuah luka. Biarkan aku menghindar dari pusaran hidupmu. Biarkan aku terpejam dari kerling indah bola matamu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

26 Komentar

  1. ck ck ck…kesetiaan itu harga mati..sama seperti alam setia kepada kita…
    selamat malam ..hehehe
    ronda malam nich

    Kesetiaan adalah salah satu bukti cinta. Apa artinya cinta jika tak dibuktikan dengan kesetiaan? Dan kesetiaan memang bukan untuk dikhotbahkan tetapi dibuktikan dalam ujian hidup.

    Selamat malam juga. Kalo ronda malam, jangan sambil main internetan ya? Ntar maling masuk rumah, nggak tahu lagi. He…he…

  2. Sebuah kesetiaan yg tulus dan lahir dari jiwa yg telah teruji oleh derasnya rayuan kehidupan…namun tetap setia pada janji….
    Salam kenal dari Hary4n4 di Surabaya…
    Salam hangat dan damai selalu…

    Ujian itu masih berlangsung, Mas Haryana. Doakan saya tetap mampu memelihara kesetiaan ini.
    Salam kenal juga dari saya
    Salam hangat dan damai selalu

  3. postingan yang pas di momen hari ibu, mas rache. saya yakin, ada banyak sosok juwita di sekitar kita. semoga juwita bisa kembali menjalani fitrahnya sebagai sosok seorang ibu yang mampu memberikan pencerahan peradaban.

    Sebenarnya, saya tak bermaksud untuk menyesuaikan dengan momen Hari Ibu, Pak Guru. Kebetulan sekali inspirasi itu muncul saat Hari Ibu. Saya juga berharap, Juwita kembali menjalani fitrahnya sebagai ibu.

  4. hhmmmm, makna yang mendalam untuk seorang hawa, seorang perempuan yang telah berstatus ibu, bahwa kesetiaan itu adalah tiang untuk kelangsungan rumah tangga yang kokoh…

    juwita….
    lupakanlah kepuasan duniawi
    gapailah kepuasan hakiki bersama keluargamu yang syah ๐Ÿ™‚

    Semoga Juwita lekas menyadari kekhilafannya, Bang Zul. Dan saya juga tetap mampu memelihara kesetiaan saya.

  5. Naaah….ini dia tipikal cerita Pak Racheed yang selalu saya kangenin…hehehe… Saking larutnya, saya terkadang berpikir, jangan-jangan ini nyata adanya ๐Ÿ™‚

    Anyway, moral of the story: harus setia sama pasangan kita ya, Pak… apapun godaannya…
    Mudah-mudahan saya juga bisa.. ๐Ÿ™‚

    Duuh, kok sampe dikangenin, sih, Uda. Saya jadi malu. Tapi, memang godaan itu nyata adanya. Meskipun tidak sedramatis yang ceritakan. He…he…

    Yang jelas, saya sedang mengingatkan diri sendiri, Uda, untuk memelihara kesetiaan saya di tengah godaan yang begitu menyesakkan dada.

  6. Semoga selalu dikuatkan oleh Tuhan apa – apa yang kita usahakan dalam kebaikan. Masih banyak juwita-juwita lain yang akan menggoda, jika gagal kali ini maka rendahlah harga diri.

    Amin. Terimakasih doanya, Kanjeng Adipati.

  7. Ade Juwita ? ah .. enggak deh ๐Ÿ˜€ hehehehhe.

    Keinginan adalah sumber penderitaan, tempatnya di dalam pikiran. (iwan Fals)

    Mosok Ade Juwita yang (maaf) bencong itu, seh?! Ya, nggak lah.

    Saya setuju dengan kutipan dari Iwan Fals itu. Sebaliknya, sumber kebahagiaan adalah saat kita mampu mengendalikan keinginan.

  8. Kayanya udah 2x ya bikin tulisan tentang Juwita :D.

    Kalau masih bandel juga mending putus kontak sekalian aja Mas. Soalnya hawa nafsu itu sulit untuk dikekang. Jangankan kita yang manusia biasa, seorang Nabi Yusuf As. pun seandainya tidak dijaga oleh Allah Swt. tentu sudah jatuh ke dalam lubang nista.

    Semoga Mas Racheed tetap takut dan ingat kepada Allah dalam kondisi seperti apapun.

    Bener, Kang Jafar. Tulisan ini sebenarnya memang berhubungan dengan tulisan tentang Juwita sebelumnya. Memang rada bandel dan nekat Juwita satu ini. Saya tampaknya harus betul-betul memutuskan kontak sama sekali.

    Terima kasih, doanya. Semoga saya tetap mampu memelihara rasa takut itu.

  9. Ah Juwita…siapakah dia, yang membuat hati lelaki seperti itu?

    Cobaan memang tak mudah dilalui, terkadang banyak lelaki bertekuk lutut di kaki perempuan lain, mengorbankan hati keluarga (isteri dan anak-anaknya). Apalah lelaki seperti ini bahagia? Tidak disukai oleh anak-anaknya..dan tidak didoakan setelah nanti dia tak ada?

  10. berbahagialah si juwita itu yang bertemu mas rashid.
    coba dia bertemu yang seseorang yang berpikiran sama dengannya, sudah dapat dipastikan, kemuliaan dirinya akan tergadai percuma… berbahagialah juwita, karena penolakan seorang rashid, sama dengan pemuliaannya sebagai perempuan… ๐Ÿ™‚

    perenungan yang apik sekali mas

  11. bahagianya seorang istri yg punya suami sepertimu mas…
    kesetiaan buatku adalah harga mati…sebaiknya tetap seperti itu atau aku mundur :D…dan juwita sangat beruntung pernah berkenalan dengan lelaki sebaik dirimu.

  12. Lelaki, seharusnya kau katakan ini diawal perjumpaan sebelum hati mulai mengalahkan logika…

    *PS. postingan kita koq temanya mirip ya pak ๐Ÿ˜€ hahaha~ lucu. jd nyambung…

    Juwita, maafku padamu jika aku tak mengatakan hal ini di awal perjumpaan kita. Mungkin aku memang larut dalam pesonamu.

    He…he… Padahal saya tidak melihat postingan Mbak Eka sebelumnya.